Sharing Menulis Cerita Anak (bagian 3) *Menyusun Naskah Aktivitas AUD*

Saat kita berbagi, kita akan mendapatkan ilmu yang lain juga. Demikian saya kutip dari Mbak keren, kawan saya Etyastari Soeharto. Dan kata-kata mutiara beliau itu benar adanya saya rasakan saat harus sharing tentang menulis cerita anak, tanggal 13 September 2015 kemarin.

Ilmu apa yang saya dapatkan? Begini, kan saya sudah cerita bahwa di workshop itu saya sebagai pembicara kedua. Nah pembicara pertamanya adalah seorang psikolog cantik bernama Mbak Miftahul Jannah. Beliau ini sudah menerbitkan beberapa buku tentang aktivitas anak. Nah, hal itulah yang beliau bagikan sebagai materi workshop. Tepatnya materinya berjudul: "Aspek-aspek Perkembangan AUD Sebagai Dasar Menyusun Naskah Aktivitas Untuk AUD".

Apa itu anak usia dini? Kalau di luar sana (maksudnya luar negeri), menurut Mbak Miftahul a.k.a Mbak Ita, usia dini itu dari 0 - 8. Tapi di Indonesia, berdasarkan UURI No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14, usia dini adalah sejak anak lahir hingga 6 tahun.

Seperti kita ketahui, anak usia dini mempunyai tahap-tahap perkembangan dalam mencapai kecerdasannya. Nah, dalam menyusun naskah aktivitas untuk anak usia dini, kita harus menentukan terlebih dahulu aspek perkembangan apa yang ingin distimulasi, target usia atau jenjang pendidikan calon pembaca buku kita.

Saat ini sudah lazim diketahui bahwa kecerdasan manusia itu tidak melulu kecerdasan kognitif, atau kecerdasan akademis. Ada yang kita kenal sebagai multiple intelegensia atau kecerdasan majemuk. Aspek kecerdasan majemuk ini ada delapan, yaitu:
1. Kecerdasan verbal linguistik/kecerdasan bahasa
2. Kecerdasan logika matematika
3. Kecerdasan visual spasial
4. Kecerdasan gerak tubuh
5. Kecerdasan musikal berirama
6. Kecerdasan antar-diri (intrapersona)
7. Kecerdasan dalam diri (interpersonal)
8. Kecerdasan alam natural

Semua aspek kecerdasan majemuk penting untuk dikembangkan dan bukan satu aspek saja. Dahulu lazim orangtua fokus pada kecerdasan logika matematika. Anak-anak dipaksa les berhitung walaupun tidak suka. Padahal mungkin anak tersebut lebih dominan kecerdasan bahasanya atau kecerdasan musikalnya. Sekarang saatnya menstimulasi anak dengan semua aspek kecerdasan, kemudian mendukung satu atau dua aspek yang menonjol pada anak kita. Misalnya, anak kita ternyata condong pada kecerdasan gerak tubuh, apabila kita mendukungnya dengan mengikutkannya pada klub-klub olahraga, bukan tidak mungkin kelak ia akan mengharumkan nama bangsa dengan menjuarai salah satu cabang olahraga tingkat dunia.

Kembali ke naskah buku aktivitas, anak usia dini pada umumnya senang bertanya, rentang perhatiannya masih pendek (susah konsentrasi dalam waktu yang lama), sehingga buku naskah aktivitas yang kita susun sebaiknya adalah sebuah naskah yang bisa dikerjakan secara bertahap. Kalau anak lelah, bisa berhenti dulu dan dilanjutkan lain waktu.

Dalam mencapai tingkat kecerdasannya, anak melalui berbagai stimulasi tumbuh kembang baik untuk perkembangan motorik halusnya (koordinasi gerakan otot-otot kecil), motorik kasar (gerakan yang melibatkan lengan, tungkai dan seluruh badan anak), perkembangan bahasa (kemampuan komunikasi dan memahami kata), maupun perkembangan sosial-emosi (kemampuan memahami perasaan).

Berbagai buku aktivitas mempunyai tujuan umum yaitu menstimulasi tumbuh kembang anak sesuai tahapan umur guna mencapai kecerdasan majemuk. Apabila orangtua ingin mengembangkan bakat anak di bidang tertentu, misalnya seorang anak sudah tampak kecerdasan musiknya sejak kecil, maka dapat dicarikan buku aktivitas yang lebih khusus, dengan berbagai bentuk kegiatan yang lebih fokus pada pengembangan kecerdasan musikal anak. Apakah buku aktivitas bertema khusus seperti itu ada di toko-toko buku? Tentu saja ada. Kalaupun tidak ada, berarti tugas Anda untuk menyusunnya!

Contoh-contoh buku aktivitas:
1. Pada anak usia TK yang baru mulai diajarkan pengenalan huruf, sangat penting untuk menstimulasi motorik halusnya sehingga gerakan otot memegang pensil mulai melemas. Buku yang tepat untuk menstimulasi motorik halus, menurut Mbak Ita, adalah buku-buku semacam buku origami (keterampilan melipat kertas dapat melemaskan otot jari-jari anak), buku membuat macam-macam playdough, buku dot to dot (menggabungkan titik-titik), dan lain sebagainya.

2. Untuk menstimulasi motorik kasar anak, buku yang tepat adalah buku di mana di dalamnya ada berbagai instruksi anak untuk melempar, melompat, berjongkok, jalan mundur, dan lain sebagainya.

3. Buku aktivitas untuk melatih kemampuan berbahasa, adalah buku semacam kamus bergambar, dengan gambar-gambar yang menarik dan keterangannya. Tentunya untuk anak yang belum bisa membacanya, orangtua harus selalu mendampingi untuk siap membacakan dan bermain bersama si kecil.

4. Buku aktivitas untuk melatih sosial emosi, misalnya satu halaman buku memuat dua gambar yang satu gambar anak yang membuang sampah sembarangan, yang satu anak yang membuang sampah di tempat sampah. Lalu anak dipersilakan memilih mana perbuatan yang baik? Atau mana yang benar dan mana yang salah?

Nah, lalu bagaimana dengan gambar-gambar? Bukankah buku aktivitas untuk anak-anak PAUD dan TK itu biasanya full gambar? Begini saran Mbak Ita bila ingin mengajukan dummy (buku contoh) ke penerbit.

1. Buat buku aktivitas minimal 80 halaman

Mengapa harus 80 halaman? Menurut Mbak Ita, Toko Buku Gramedia sekarang tidak mau menerima buku yang tipis. Dan buku yang tipis juga tidak bagus penyampulan plastiknya (mudah melengkung). Lagipula bukankah semakin tebal buku, honor kita juga semakin banyak? Jadi lebih tebal lebih baik (matre dot kom, hahaha).

2. Tentukan tujuan/sasaran buku tersebut (untuk segmen umur berapa, untuk menstimulasi tumbuh kembang yang bagaimana)

Ini penting. Ingat membuat buku aktivitas pun tak main-main. Niatkan sebagian untuk amal membantu para orangtua menstimulasi tumbuh kembang anak. Segmen umur juga membantu penerbit untuk menentukan pangsa pasar. Bocoran Mbak Ita, penerbit suka yang range segmennya agak luas, jadi buku itu nanti bisa dilabeli dengan: Buku untuk PAUD dan TK (agar pasarnya lebih luas).

3. Dummy dapat dilengkapi gambar (cukup gambar sederhana atau bisa juga mencomot dari google).

Bolehkah mencomot google? Nggak papa karena hanya untuk contoh. Nanti pihak penerbit akan menyediakan ilustrator sendiri. Yah, tentunya konsekuensinya adalah Anda berbagi honor dengan ilustrator. Lebih bagus lagi kalau Anda juga pandai menggambar. Dummy dengan contoh gambar hasil karya orisinil tentu akan lebih menarik hati penerbit, dan honor Anda jadi lebih besar (sekali lagi hidup matre).

Nah, di sesi tanya jawab ada satu pertanyaan yang penting nih. Pertanyaannya begini: Saya pernah mencoba membuat contoh buku aktivitas, tapi saya malu mengajukan pada penerbit. Saya bukan berlatarbelakang psikolog. Saya ini apalah apalah...

Jawab Mbak Ita:
Ibu adalah guru pertama anak. Bertanggungjawab atas pendidikan anak. Sebenarnya itu sudah cukup untuk dapat menerbitkan sebuah buku aktivitas. Misalnya dengan mencantumkan identitas penulis: Siti Rahmah, ibu tiga anak, pemerhati dunia pendidikan.
Atau, bisa disesuaikan dengan latarbelakang pendidikan (kebetulan si penanya adalah lulusan kedokteran hewan), misalnya dengan menyusun buku aktivitas "Mengenal Berbagai Hewan Darat", "Mengenal Berbagai Hewan Air", "Mengenal Berbagai Hewan yang Bisa Terbang", "Mengenal Berbagai Hewan Buas" ... wow ... sudah dapat satu ide buku berseri mengenal hewan, kan?

Asyik, saya langsung membayangkan menyusun buku aktivitas: "Mengenal Berbagai Pohon Asli Indonesia" (karena saya bekerja di dunia kehutanan).

Terima kasih, Mbak Ita. Materinya sangat menginspirasihh...

Berbagai buku karya Mbak Ita adalah sebagai berikut:


Disarikan dari workshop menulis cerita anak 13 September 2015 yang terselenggara berkat kerjasama:
Perpustakaan kota Yogyakarta
Sirkulasi Kompas Gramedia
Phicatering
IIDN Jogja


Suka artikel ini ?

Tentang Kami

Admin Blog

Join This Site Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Silakan berkomentar dengan sopan