Berbicara di depan umum bukan sesuatu hal yang luar biasa bagi saya. Hampir setiap tahun saya harus melakukannya karena tuntutan pekerjaan. Berbicara di depan orang banyak menjadi istimewa, ketika yang harus saya bawakan adalah materi menulis cerita anak.
Hah? Siapa saya yang berani-berani ngomong ngalor-ngidul tentang menulis cerita anak? Memangnya penulis cerita anak terkenal? Bukaaaan ... eh, beluuum. Akan menjadi penulis cerita anak terkenal, rencananya, aamiin.... Insyaa Allah.
Begini ceritanya. Saya ini hobi nulis sudah lama. Sejak saya masih remaja imyut nan cantik jelita (ini bukan hoax, walau gak ada poto). Nah, sejak masa-masa era kecantikan saya masih belum terjamah laki-laki itulah (halah), cerpen-cerpen saya sudah dimuat di majalah Anita Cemerlang (yang sudah almarhum, innalillahii....). Saya berhenti mengirimkan naskah ke majalah ketika saya mulai bekerja dan kemudian menikah (setelah menikah, baru deh saya terjamah laki-laki ... aishhh, gak penting amat keterangannya).
Setelah 10 tahun vakum menulis, perjalanan hidup membawa saya terdampar di suatu komunitas yang riuh rendah ramai renyah kriuk kriuk kadang riweh repot bin rempong (apaseh), yaitu sebuah komunitas menulis: Ibu-Ibu Doyan Nulis Yogyakarta atau IIDN Jogja. Hmm, di situlah pelan-pelan api asmara berkobar ... eh salaaah ... api gairah menulis menyala kembali. Apalagi komunitas ini kemudian menghubungkan diriku dengan berbagai komunitas menulis di dunia maya. Di dunia maya semua ada. Yang paling membuatku jleb jleb adalah beberapa nama penulis yang dulu sering beriringan di majalah Anita Cemerlang, ternyata masih eksis menulis, bahkan bukunya sudah mbrubul bejibun. Nah gue? Mengubur minat bakat sekian lama. Yang ada, ilmu nulis fiksi jadi anjlog. Karya jadi mandul. Padahal untuk berkarya di dunia literasi, of course kita harus rajiiiiin ... apa? Ya, tentu saja rajin menulis.
Nah, mulailah saya menulis fiksi dan lain-lainnya untuk dikirim ke media atau untuk dikirim ke berbagai lomba menulis. Saya bangkit lagi berkat IIDN Jogja. Lalu, di akhir tahun 2014, saya ingin sekali belajar menulis cerita anak untuk dikirim ke majalah Bobo. Alasannya? Waktu kecil dulu saya langganan Bobo. Rasanya keren dong kalau kemudian cerpen saya nongol di majalah anak-anak paling tua ini. Alasan lain juga karena sekarang saya punya anak-anak yang masih kecil-kecil dan lucu-lucu. Saya ingin membuatkan cerita untuk dibaca mereka. Siapa tahu, kelak mereka juga akan tertantang untuk mencoba menulis di waktu luang mereka atau boleh juga serius di dunia kepenulisan. Alasan lainnya lagi, saya rindu dapat honordari menulis ... hehehe.
Mau belajar cerita anak, saya mencari info tentang kelas menulis. Dan kemudian saya memutuskan mengikuti kelas menulis online di kelas Merah Jambu, dengan guru Mbak Nurhayati Pujiastuti. Kenapa kelas online? Saya merasa santai kalau mengikuti kelas online. Saya bisa berdiskusi di kelas sambil bebaringan di ranjang dengan satu tangan memegang ponsel dan tangan lain nepuk-nepuk pantat bayiku yang mau bobok, hahaha. Kenapa nggak kelas offline? Karena waktu itu nggak ada kelas offline yang saya incar. Dan kalau mendatangi kelas offline, saya rempong kalau harus meninggalkan anak-anak. Belum lagi mikir saya mau pakai baju apa yaaa ... hahaha. Oke, online atau offline itu hanya sarana, yang terpenting adalah hasilnya ada.
Singkat cerita (singkat? ini prolog sudah panjang banget tau ... hihihi), belajarlah saya di kelas Merah Jambu. Dan singkat cerita, enam bulan setelah itu, secara bergantian empat cerita anak yang saya susun di kelas, terbit di majalah Bobo. Yeaaay, mission accomplished! *jogedjoged* (tapi harapannya masih lebih banyak lagi naskah yang akan muat lagi ... aminin dong aminin ... Aamiin ....).
Bertelurnya saya dengan empat cernak di Bobo itu tak luput dari pantauan teman-teman IIDN Jogja. Sebenarnya bukan mereka memantau, sih. Tapi saya yang pamer-pamer di grup whatsapp IIDN Jogja tiap cerpen saya nongol, wuahaha. Bukan melulu bermaksud pamer, tapi lebih kepada upaya memotivasi teman-teman lain ... niy lho aku bisa nulis di Bobo. Ayo kalian kapan. Ayo, nulis. Gitu.
Nah. Demikianlah prolog nan panjang ini mengantarkan judul "Sharing Menulis Cerita Anak (bagian 1)", hehe. Kami para IIDNers, punya agenda kopdar tiap bulan. Agenda kopdar tersebut selalu diisi dengan sharing-sharing kepenulisan, maupun sharing apa saja asal manfaat dari para anggotanya. Lalu saya diminta sharing pengalaman saya menulis cerita anak, sekaligus membawakan materi cara-cara menulis cerita anak. Sharing yang biasanya hanya intern IIDN, kali ini akan dibuat untuk umum dan diselenggarakan di perpustakaan kota Yogyakarta. Saya akan menjadi pembicara kedua, setelah Mbak Ita (Miftahul Jannah) membawakan materi menulis buku panduan aktivitas untuk AUD (Anak Usia Dini).
Bagian dua dan tiga tulisan ini dapat dibaca di sini dan di sini
Acara ini terselenggara berkat kerjasama:
Perpustakaan Kota Yogyakarta
Sirkulasi Kompas Gramedia
Phicatering
IIDN Jogja
Sharing Menulis Cerita Anak (bagian 1)
Suka artikel ini ?
Join This Site Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon